Rahasia Ketenteraman Jiwa: Inilah Cara Menjadikan Hati Ikhlas Menurut Al-Qur’an dan Hadis!
NUJATENG.COM – Kata ikhlas sering terdengar sederhana, namun maknanya dalam tak terhingga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ikhlas diartikan sebagai bersih hati atau tulus hati. Namun, dalam kehidupan nyata, tidak mudah untuk benar-benar ikhlas.
Banyak orang beramal, berbuat baik, bahkan beribadah, tetapi hatinya masih berharap pujian atau imbalan dunia. Padahal, dalam ajaran Islam, ikhlas menjadi syarat utama diterimanya amal di sisi Allah SWT. Amal tanpa keikhlasan ibarat bejana kosong tampak besar, tapi tak bermakna.
Ikhlas dalam Pandangan Al-Qur’an
Allah SWT menegaskan pentingnya keikhlasan dalam setiap amal manusia. Dalam Surat Al-An’am ayat 162–163, Allah berfirman:
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
Ayat ini menegaskan bahwa seluruh aktivitas hidup manusia seharusnya hanya tertuju kepada Allah SWT, bukan karena manusia, bukan karena pujian, dan bukan karena kepentingan duniawi.
Keteladanan dari Nabi Ibrahim AS
Dalam Surat An-Nisa ayat 125, Allah SWT juga menyinggung keagungan orang yang ikhlas:
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”
Artinya, keikhlasan adalah tanda ketaatan sejati dan ketundukan total kepada Allah SWT, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS hamba yang tulus dalam setiap ujian.
Langkah-Langkah Melatih Hati agar Ikhlas
Ikhlas tidak muncul begitu saja. Ia tumbuh melalui proses, kesadaran, dan latihan spiritual yang konsisten. Berikut beberapa langkah yang bisa kita pelajari dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
1. Luruskan Niat Sejak Awal
Setiap amal tergantung pada niatnya. Sebelum melakukan sesuatu, tanyakan dalam hati:
“Untuk siapa aku melakukan ini?”
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Jika niat bukan karena Allah, maka sebesar apa pun amalnya, ia tidak akan bernilai di sisi-Nya.
2. Berlindung dari Riyaa dan Syirik Tersembunyi
Rasulullah SAW senantiasa memohon perlindungan agar terhindar dari penyakit hati, seperti riyaa (pamer amal) dan syirik kecil.
Beliau berdoa:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun atas perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad)
Doa ini menjadi perisai hati agar tidak ternoda oleh keinginan dipuji manusia.
3. Perbanyak Dzikir dan Tafakur
Mengingat Allah melalui dzikir dan tafakur membantu menenangkan hati. Ketika seseorang sering mengingat bahwa semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka keikhlasan akan tumbuh dengan sendirinya.
Hati yang sibuk dengan dzikir akan lebih mudah untuk melupakan pujian dan celaan manusia, karena hanya Allah yang menjadi pusat perhatian.
4. Teladani Keikhlasan Umar bin Khattab
Sahabat agung, Umar bin Khattab, dikenal sebagai sosok tegas namun lembut dalam urusan niat.
Beliau sering berdoa dengan kata-kata penuh makna:
“Ya Allah, jadikan seluruh amalanku amal yang shaleh, jadikan seluruh amalanku ikhlas hanya mengharap wajah-Mu, dan jangan jadikan sedikit pun dari amalanku untuk orang lain.”
Doa ini menggambarkan betapa berat menjaga niat, bahkan bagi orang seagung Umar bin Khattab.
5. Sadari Bahwa Segalanya Milik Allah
Keikhlasan lahir dari kesadaran mendalam bahwa semua yang kita miliki waktu, tenaga, ilmu, rezeki, bahkan kemampuan beramal semuanya berasal dari Allah SWT. Dengan pemahaman ini, tidak ada ruang untuk sombong atau berharap imbalan.
Buah Manis dari Keikhlasan
Hati yang ikhlas akan menghasilkan ketenangan jiwa, kedamaian batin, dan keberkahan hidup. Orang yang ikhlas tidak lagi sibuk mencari pengakuan dari manusia, karena cukuplah Allah sebagai saksi atas amalnya. Dalam keikhlasan, seseorang akan menemukan kebebasan sejati bebas dari penilaian dunia, bebas dari pamrih, dan hanya berharap ridha Sang Pencipta.
Imam Al-Ghazali berkata:
“Ikhlas adalah ketika engkau tidak melihat dalam amalmu selain Allah.”
Menutup dengan Keikhlasan
Ikhlas memang sulit, tapi bukan mustahil. Ia adalah otot spiritual yang bisa dilatih dengan niat, doa, dan kebiasaan. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk menjaga hati, meluruskan niat, dan menjadikan setiap amal sebagai jalan menuju ridha-Nya. Karena hanya dengan hati yang ikhlas, manusia dapat meraih ketenangan sejati di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.***
Disclaimer: Artikel ini sudah terbit di portalpekalongan.com dengan judul: Rahasia Hati yang Tenang: Begini Cara Membuat Hati Ikhlas Menurut Al-Qur’an dan Hadis!
