UGD RSI Sultan Agung: Bencana Rob sebagai Sahabat, Layanan Kedaruratan Teruji 24 Jam Nonstop
Program SADEWA (Sultan Agung Disaster, Emergency, and Wary Agile) adalah modul pelatihan mitigasi bencana yang didasarkan langsung pada pengalaman nyata RSI Sultan Agung dalam menghadapi rob, banjir, dan krisis logistik.
Oleh: Ali Arifin, Pimred nujateng com
SEMARANG – nujateng.com – Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang telah membuktikan ketangguhan operasionalnya di tengah tantangan lingkungan ekstrem.
Beroperasi di kawasan Kaligawe yang langganan banjir dan rob, UGD RSI Sultan Agung tidak lagi memandang bencana hidrologi sebagai ancaman luar biasa, melainkan sebagai bagian dari dinamika harian yang membentuk standar pelayanan mereka.
Hal ini disampaikan oleh dr. Kinanti, Sp.An., seorang ahli anestesi yang memiliki peran vital dalam mendukung tatalaksana kegawatdaruratan bedah maupun non-bedah di RSI Sultan Agung.
Rob dan Banjir Adalah Sahabat Pelayanan
Menurut dr. Kinanti, frekuensi bencana rob dan banjir yang terjadi bertahun-tahun di Kaligawe telah menciptakan kebiasaan dan kesiapsiagaan di seluruh lini pelayanan UGD.
“UGD RSI [Sultan Agung] beroperasi dengan prasangka 24 jam ada atau tidak ada bencana. Fenomena alam banjir dan rob ini telah menjadi sahabat kami. Ini terdengar ekstrem, namun tatalaksana kegawatdaruratan di UGD kami memang sudah teruji karena kegawatdaruratan bencana hidrologi sudah terjadi bertahun-tahun,” jelas dr. Kinanti.
Pengalaman berulang ini telah menyempurnakan Prosedur Operasional Standar (POS) UGD, mulai dari protokol pengamanan alat medis sensitif, jalur evakuasi internal di tengah genangan, hingga kecepatan respons tim dokter dan perawat dalam kondisi keterbatasan akses. Sistem ini memastikan bahwa layanan vital, termasuk dukungan anestesi untuk operasi darurat, tetap berjalan tanpa kompromi.
Dedikasi Penuh Waktu dan Komitmen Tim
Dedikasi dr. Kinanti, yang selalu siap siaga 24 jam untuk melayani masyarakat, adalah cerminan komitmen tinggi seluruh tenaga medis RSI Sultan Agung. Sebagai seorang ahli anestesi, perannya sangat krusial dalam mendukung tindakan bedah maupun non-bedah darurat, memastikan setiap prosedur dapat dilakukan dengan aman dan optimal, terlepas dari kondisi lingkungan luar. Komitmen pribadinya adalah bagian dari etos kerja kolektif yang menjamin kelangsungan layanan rumah sakit di wilayah bencana.
Mengundang Studi Banding dan Pelatihan SADEWA
Melihat betapa terujinya sistem kedaruratan mereka, dr. Kinanti menyampaikan ajakan terbuka:
“Kami ingin agar pengalaman ini tidak hanya menjadi milik RSI Sultan Agung. Kami mempersilakan seluruh institusi kesehatan di Nusantara yang ingin belajar dan melakukan studi banding mengenai tatalaksana kegawatdaruratan di daerah bencana air. Atau bahkan, bagi para petugas dan relawan yang ingin meningkatkan kapasitasnya, kami persilakan untuk ikut pelatihan SADEWA di Sultan Agung,” tegasnya.
Program SADEWA (Sultan Agung Disaster, Emergency, and Wary Agile) adalah modul pelatihan mitigasi bencana yang didasarkan langsung pada pengalaman nyata RSI Sultan Agung dalam menghadapi rob, banjir, dan krisis logistik. Ini adalah tawaran untuk berbagi legacy perjuangan dan membangun standar ketahanan kesehatan yang relevan untuk negara maritim seperti Indonesia.***
