KH Masykur: Ulama Perumus Pancasila dan Panglima Sabilillah, Pahlawan yang Satukan Iman dan Nasionalisme Indonesia
3 mins read

KH Masykur: Ulama Perumus Pancasila dan Panglima Sabilillah, Pahlawan yang Satukan Iman dan Nasionalisme Indonesia

NUJATENG.COM – Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, nama KH Masykur menempati posisi istimewa. Ia bukan hanya ulama karismatik dari lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), tetapi juga tokoh politik, pejuang militer, dan perumus dasar negara, Pancasila.

Sosok KH Masykur menjadi bukti nyata bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, sesuai ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin. Dalam dirinya menyatu tiga hal penting: iman, ilmu, dan perjuangan.

Ulama di Tengah Revolusi dan Perumusan Dasar Negara

Lahir dari lingkungan pesantren, KH Masykur tumbuh dengan semangat keislaman dan kebangsaan yang kuat. Kecerdasannya mengantarkannya menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) forum bersejarah tempat perumusan dasar negara.

Peran KH Masykur dalam BPUPKI

Di forum itu, KH Masykur dikenal sebagai salah satu tokoh ulama yang vokal memperjuangkan nilai-nilai Islam dan moral dalam Pancasila. Ia menegaskan pentingnya menjadikan agama sebagai ruh kehidupan berbangsa, tanpa meniadakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bagi KH Masykur, Islam dan kebangsaan bukan dua hal yang bertentangan, melainkan saling menguatkan dalam membangun Indonesia yang berdaulat dan bermartabat.

Dari BPUPKI ke Medan Perang: Panglima Sabilillah 10 November

Semangat perjuangan KH Masykur tidak berhenti di ruang perundingan. Ketika Indonesia menghadapi agresi militer Belanda, ia turun langsung ke medan tempur dengan memimpin Barisan Sabilillah, sebuah laskar santri yang menjadi garda depan dalam Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Jihad Fi Sabilillah di Medan Surabaya

Barisan Sabilillah beranggotakan santri, kiai, dan rakyat biasa yang terinspirasi oleh seruan jihad melawan penjajahan. KH Masykur tampil sebagai panglima yang karismatik dan berani, menjadikan Pertempuran Surabaya bukan sekadar perlawanan militer, tetapi jihad fi sabilillah demi mempertahankan kemerdekaan.

Perjuangannya menunjukkan bahwa ulama tidak hanya memimpin dengan doa dan fatwa, tetapi juga dengan keberanian di medan perang.

Dari PETA hingga Menteri Agama: Ulama di Jantung Pemerintahan

Sebelum menjadi tokoh nasional, KH Masykur juga dikenal sebagai salah satu pendiri Pembela Tanah Air (PETA) organisasi militer bentukan Jepang yang kelak menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Langkahnya mendirikan PETA menunjukkan pandangannya yang luas: bahwa kekuatan spiritual dan militer harus bersatu untuk menjaga kemerdekaan bangsa.

Perjuangan di Kabinet Indonesia

Dalam masa awal kemerdekaan, KH Masykur dipercaya menjadi Menteri Agama Republik Indonesia sebanyak dua kali, yakni pada periode 1947–1949 dan 1953–1955.

Dalam jabatannya, ia memperjuangkan agar pendidikan agama memiliki tempat penting dalam sistem pendidikan nasional, serta menjaga kerukunan antarumat beragama di tengah gejolak politik masa itu. Dedikasinya membuktikan bahwa nilai-nilai Islam dapat menjadi perekat persatuan bangsa.

Gelar Pahlawan Nasional: Pengakuan atas Jasa Seorang Ulama Pejuang

Atas jasa besar dan kontribusinya di bidang agama, militer, dan politik, KH Masykur akhirnya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 8 November 2019. Penghargaan ini bukan sekadar penghormatan, tetapi pengakuan negara atas peran strategis ulama dalam menjaga dan membangun Indonesia. KH Masykur tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga pembentuknya sosok yang menjembatani spiritualitas dan nasionalisme dalam satu napas perjuangan.

Jejak Abadi KH Masykur: Ulama, Negarawan, dan Mujahid Bangsa

Kisah hidup KH Masykur adalah inspirasi bagi generasi muda. Ia mengajarkan bahwa menjadi ulama bukan berarti menjauh dari urusan dunia, melainkan menghadirkan nilai-nilai ilahiah dalam kehidupan berbangsa.

Dengan semangat jihad dan nasionalisme, KH Masykur menegaskan bahwa iman tanpa cinta tanah air adalah hampa, dan perjuangan tanpa iman adalah sia-sia.

Ia bukan hanya membangun negeri dengan doa dan fatwa, tetapi juga dengan darah dan pengorbanan. KH Masykur adalah simbol ulama pejuang yang menjadikan Islam dan Indonesia berdiri berdampingan, hingga akhir hayatnya.***

Disclaimer: Artikel ini sudah terbit di portalpekalongan.com dengan judul: KH Masykur: Ulama Perumus Pancasila dan Panglima Sabilillah, Bukti Cinta Tanah Air Adalah Bagian dari Iman!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *