Akhlak di Ujung Zaman, Prof Sholihan: Apakah Kita Bersyukur ketika Kemudahan Datang?
Memilih Lingkungan yang Memperkuat Akhlak adalah Investasi Besar
nujateng.com – Berikut artikel berdasarkan kajian Prof Sholihan, Guru Besar UIN Walisongo Semarang terhadap Kajian Kitab Taisiirul Khollaaq Muqoddimah Part 2.
– YouTube link: https://youtu.be/sFLdEhmtS8E
Kajian Kitab Taisiirul Khollaaq Muqoddimah Part 2 oleh Prof Sholihan mengupas makna akhlak dalam kerangka keilmuan Islam klasik dan relevansinya di era digital.
Di tengah laju teknologi, gadget dan media sosial telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia — termasuk akhlak, moral dan interaksi sosial. Dalam kondisi ini, kitab-kitab klasik seperti Taisiirul Khollaaq menjadi makin relevan.
Prof Sholihan dalam kajian Muqoddimah Part 2 membawa kita ke ruang refleksi: bagaimana akhlak yang baik tidak hanya penting secara spiritual, tetapi juga sebagai fondasi teknologi & budaya modern yang sehat.
Prof Sholihan mengawali bagian ini dengan menegaskan bahwa “khollaaq” berarti akhlak, bukan sekedar perilaku luar saja, melainkan kondisi batin yang terekspresi dalam tindakan sehari-hari.

Muqoddimah kitab ini mengajak untuk memahami bahwa perubahan zaman bukan pembenaran bagi akhlak menurun — justru tantangan untuk menjaga keaslian akhlak mulia.
Beliau menyoroti tiga aspek utama akhlak: niat yang lurus, lingkungan yang memperkuat dan kontrol diri dalam kemudahan teknologi.
Dalam analogi teknologi: Jika gadget memberi kemudahan berkomunikasi, maka akhlak memberi “filter” agar komunikasi itu menjadi manfaat bukan pecah belah.
Prof Sholihan mengajak peserta kajian untuk introspeksi — misalnya: apakah kita bersyukur ketika kemudahan datang atau malah terbawa oleh rutinitas digital tanpa kontrol? Apakah kita menggunakan media sebagai sarana dakwah atau malah menjadi ajang gosip dan fitnah?
Analisis & Refleksi
Dari sudut ilmiah agama, kajian ini mengingatkan kita bahwa akhlak bukan opsional. Bahkan di zaman di mana laptop, smartphone dan jaringan 5G merubah “ruang kerja”, “ruang belajar” dan “ruang dakwah” sekaligus, akhlak menjadi filter utama agar teknologi membawa kebaikan.
Dalam perspektif balap atau kecepatan (sebagai analogi kehidupan modern): kita bisa diburu oleh “kecepatan perubahan” – tetapi tanpa kendali moral dan akhlak, kita bisa “terbang” ke jurang keruntuhan. Akhlak adalah rem dan kemudi di lintasan hidup yang semakin cepat ini.
Hikmah & Pesan Utama
Akhlak yang tertata adalah landasan agar teknologi dan kemajuan tidak jadi alat kerusakan.
Lingkungan kita sangat menentukan — seperti aspek “wicked environment” dalam dunia kerja/UMKM — maka memilih lingkungan yang memperkuat akhlak adalah investasi besar.
Niatlah sebelum bertindak: setiap klik, posting, interaksi harus berpijak pada niat memperbaiki atau memberi manfaat.
Gunakan gadget, laptop, media sosial sebagai sarana dakwah, produktivitas dan kemajuan — jangan biarkan ia jadi ruang yang menurunkan akhlak.
Kajian Muqoddimah Part 2 dari Taisiirul Khollaaq oleh Prof Sholihan membuka mata kita bahwa tantangan akhlak bukan milik masa lalu saja — melainkan inti bagi masa depan.
Dengan menguatkan niat, menjaga lingkungan, dan mengarahkan penggunaan teknologi secara bijak, kita bisa membangun pribadi dan komunitas yang tak hanya maju secara gadget & teknologi, tetapi juga mulia secara akhlak.
Semoga kita termasuk golongan yang menjaga akhlak di tengah perubahan zaman. Aamiin.***
