Prof Sholihan: Ini Empat Ciri Ulama atau Orang Bijak
2 mins read

Prof Sholihan: Ini Empat Ciri Ulama atau Orang Bijak

nujateng.com – Berikut artikel kajian dari Prof Sholihan dalam video “Kajian NASHAIHUL IBAD #293 – Bab Ruba’i, Maqalah ke-19: Empat Tanda Hukamā’ (Part 2)”.

Dalam kajian ini, Prof Sholihan menegaskan bahwa makalah ke-19 dari bab Ruba’i pada kitab Naṣā’ihul Ibād membahas “Empat Tanda Hukamā’” — yakni empat ciri yang hendaknya dimiliki oleh para ulama / orang bijak (ḥukamā’) dalam tradisi keilmuan Islam. Dari pengantarnya, beliau mengaitkan bahwa keempat tanda ini bukan sekadar label tingkat intelektual, melainkan sangat terkait dengan akhlak, hikmah, dan keteguhan spiritual yang nyata.

Prof Sholihan menjelaskan bahwa:

  1. Tanda pertama adalah keteguhan hati dalam kebenaran, yakni ḥukamā’ tidak mudah tergoyahkan oleh arus dunia, tetap berpegang kepada dalil syar’i dan hikmah, serta menjaga integritas keilmuan dan adabnya.

  2. Tanda kedua adalah ketenangan lisan dan tindakan, yakni orang bijak tidak gegabah mengucap atau bertindak; ia bercakap dengan penuh pertimbangan, menghindari omongan sia-sia, dan berpijak pada ilmu yang benar serta kehati-hatian dalam amal.

  3. Tanda ketiga adalah kearifan sosial dan kemaslahatan ummah, yakni ḥukamā’ tidak hidup egois dalam ilmu, tetapi menjadikannya untuk menegakkan keadaban, memberi maslahat bagi sesama, serta aktif dalam memberi nasehat menyejukkan hati.

  4. Tanda keempat adalah tawadhu’ dan kesadaran akan kefanaan dunia, bahwa orang bijak senantiasa menyadari bahwa hidup ini sementara, ilmu adalah amanah, dan akhlak yang baik akan menjadi saksi di akhirat kelak — sehingga ia tidak terbuai dengan pujian manusia atau kemewahan dunia.

Prof Sholihan menyambung bahwa keempat tanda ini bersilangan dengan maqāl-maqāl sebelumnya dalam bab Ruba’i — bahwa ciri-ciri orang berilmu yang hakiki bukan sekadar hafalan atau gelar, melainkan buah akhlak dan pengamalan yang nyata.

Maka beliau menegaskan kepada para santri, mahasiswa dan masyarakat umum: kita tidak hanya “mencari ilmu”, tetapi “menjadi bijak” melalui ilmu itu. Hanya dengan demikian ilmu akan menjaga kita, bukan malah memimpin kita ke arah kehancuran.

Beliau juga mengingatkan bahwa zaman sekarang penuh godaan: informasi tak terkendali, gelar mudah diperoleh, tetapi yang kurang adalah adab, hikmah dan istiqamah. Maka makalah ini sangat relevan untuk kita renungkan agar kita termasuk golongan ḥukamā’ yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga kita diberi taufik untuk meneladani keempat tanda tersebut, istiqamah dalam ilmu dan amal, serta menjadi manfaat bagi sesama — bukan sekadar penonton kajian.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *